ANALISIS
JENIS TEKS CERITA (PUTRI YANG MENJADI ULAR)
1.
Teks
Cerita Ulang.
Teks ini memiliki tujuan social
menceritakan kembali tentang peristiwa tentang peristiwa pada masa lalu agar
tercipta semcam semacam hiburan atau pemebelajaran dari pengalaman pada masa
lalu bagi pembaca atau pendengarnya.teks ini memiliki struktur : judul,
pengenalan/orientasi, dan rekaman kejadian .
Struktur Teks
|
Teks
|
Judul
|
Putri Yang
Menjadi Ular
|
Pengenalan/orientasi
|
Alkisah. Ada
seorang raja dan permainsuri yang memiliki seorang putri pelosok yang Canti.
Berita tantang kecantika putrid raja itu tersebar ke pelosok negeri hingga sampai di telinga seorang
raja muda yang memerintah di sebuah kerajaan tetangga.
|
Rekaman
Kejadian
|
Sang putrid
duduk diatas batu di tepi kolam sambil menjuntaikan kakinya kedalam air. Sang
putrid membayangkan betapa bahagianya saat pernikahanya nanti. Sang putrid
asyik menghayal dan mnikmati kesejukan air kolam itu, tiba-tiba angin bertiup
kencang, tanpa diduga sebuah ranting pohon yang sudah kering mendadak jatuh
tepat mengenai ujung hidung sang putri.
Aduuuh,
hidungku!!!’’ jeritan sang putrid sambil memegang hidung.
Sambil
menangis, sang putrid mengadahkan tanganya ke atas, lalu berdoa ya tuhan
hukumlah hambamu ini yang telah membuat malu dan kecewa orang tuaku, doa sang
putri dengan mata berkaca-kaca. Namun tiba-tiba petir menyambar sesaat sang
putri mengucapkan doanya, doa sang putri didengar oleh tuhan.
Beberapa saat
kemudian, tubuh sang putrid mengalami perubahan yang sangat mengejutkan.
Kakinya yang putih mulus tiba-tiba mengeluarkan sisik. Sisik tersebut semakin
meramba ke atas. Dayang-dayangnya pun tersentak kaget saat melihat peritiwa
itu.ketika sisik itu menyampai dada, sang putrid segera memerintahkan seorang
dayang-dayang untuk member tahu ayah dan ibunya didalam istan. Sang raja dan
permainsuri segera menuju ke kolam permandian. Sesampainya di tempat itu,
mereka sudah tidak melihat tubuh sang putrid. Yang tampak hanya seekor ular
besar yang bergelung diatas batu yang biasa dipakai sang putrid untuk duduk.
Ahirnya
peristiwa penjelmaan sang putrid menjadi sekor ular adalah hukuman dari tuhan
atas pemintaan sang putrid itu sendiri.
|
Pada
teks cerita ulang terlihat rentetan peristiwa yang di alami tokoh sang putri
ditata dengan menggunakan konjungsi menunjukan peristiwa. Mulai dari penggunaan
konjungsi ‘’Alkisah’’Lalu’’Ahirnya’’. Konjungsi pengurutan peristiwa menjadi
benag pengikat yang menyatukan paragraf pembentuk teks tersebut. Selain
menggunakan konjungsi, teks di ikat oleh piranti penyatuan berupa pengulangan
dalam bentuk anaforis ‘’nya’’ yang merujuk pada sang putrid, patut ditambahkan,
bahwa pada teks penceritaan ulang atau rekon, gagasan/pikiran tentang
‘’masalah’’ dimuat dalam satu struktur teks , yaitu struktur rekaman kejadian.
2.
Anekdot
Sebagai salah satu
jenis teks yang termasuk dalam genre
cerita, teks anekdot memiliki tujuan social yang sama dengan teks cerita
ulang. Hanya saja, peristiwa yang ditampilkan membuat partisispan yang
mengalaminya nerasa jengkel atau konyol (periksa Wiratno, 2014). Teks ini
memiliki struktur berpikir : judul pengenalan/orientasi.krisis/masalah, reaksi
Struktur
|
Teks
|
Judul
|
Putri Yang
Menjadi Ular
|
Penegnalan/orientasi
|
Alkisah. Ada
seorang raja dan permainsuri yang memiliki seorang putri pelosok yang Canti.
Berita tantang kecantika putrid raja itu tersebar ke pelosok negeri hingga sampai di telinga seorang
raja muda yang memerintah di sebuah kerajaan tetangga.
|
Masalah
|
tiba-tiba
angin bertiup kencang, tanpa diduga sebuah ranting pohon yang sudah kering
mendadak jatuh tepat mengenai ujung hidung sang putri.
Aduuuh,
hidungku!!!’’ jeritan sang putrid sambil memegang hidung.
Sambil
menangis, sang putrid mengadahkan tanganya ke atas, lalu berdoa ya tuhan
hukumlah hambamu ini yang telah membuat malu dan kecewa orang tuaku, doa sang
putri dengan mata berkaca-kaca. Namun tiba-tiba petir menyambar sesaat sang
putri mengucapkan doanya, doa sang putri didengar oleh tuhan.
Beberapa
saat kemudian, tubuh sang putrid mengalami perubahan yang sangat mengejutkan.
Kakinya yang putih mulus tiba-tiba mengeluarkan sisik. Sisik tersebut semakin
meramba ke atas. Dayang-dayangnya pun tersentak kaget saat melihat peritiwa
itu.ketika sisik itu menyampai dada, sang putrid segera memerintahkan seorang
dayang-dayang untuk member tahu ayah dan ibunya didalam istana. Sang raja dan
permainsuri segera menuju ke kolam permandian. Sesampainya di tempat itu,
mereka sudah tidak melihat tubuh sang putrid. Yang tampak hanya seekor ular
besar yang bergelung diatas batu yang biasa dipakai sang putrid untuk duduk.
|
Reaksi
|
Sang
putri mengadahkan kedua tangannya ke atas. Lalu berdoa . ‘’ya Tuhan! Humlah
hamba muini yang telah membuat malu dan kecewa orang tua ku.
|
Teks anekdot diatas memperlihatkan bahwa
penggunaan konjungsi dan piranti pengikat teks agar seluruh struktur teks
menjadi padu sama dengan teks penceritaan ulang/rekon. Masalah yang muncul
serta pemecahan tercantum dalam struktur yang sama, yaitu pada struktur
masalah/krisis, hanya saja bedanya, apabila pasda teks penceritaan ulang
berakhir dengan kejadian tanpa ditampakan reaksi dari pelaku terhadapperistiwa
yang dialami, maka pada teks anekdot reaksi pelaku atas peristiwa yang
dialaminya ditampakan secara eksplisit, itu sebabnya pada teks tipe ini
memiliki strukteks tambahan yang berupa struktur reaksi.
3.
Teks
Eksemplum
Teks
ini memiliki tujuan sosial menilai perilaku atau karakter dalam cerita, itu
sebabnya teks ini memiliki struktur :
judul ,pengenalan/orientasi, kejadian/insiden, dan interpertasi. Beberapa
struktur teks tersebut ada beberapa yang mebedakan jenis teks ini dengan jenis
teks anekdo atau cerita ulang.
Struktur
|
Teks
|
Judul
|
Putri
Yang Menjadi Ular
|
Pengenalan/orientasi
|
Alkisah.
Ada seorang raja dan permainsuri yang memiliki seorang putri pelosok yang
Canti. Berita tantang kecantika putrid raja itu tersebar ke pelosok negeri hingga sampai di telinga seorang
raja muda yang memerintah di sebuah kerajaan tetangga.
|
Kejadian/Insiden
|
tiba-tiba
angin bertiup kencang, tanpa diduga sebuah ranting pohon yang sudah kering
mendadak jatuh tepat mengenai ujung hidung sang putri.
Aduuuh,
hidungku!!!’’ jeritan sang putrid sambil memegang hidung.
Sambil
menangis, sang putrid mengadahkan tanganya ke atas, lalu berdoa ya tuhan
hukumlah hambamu ini yang telah membuat malu dan kecewa orang tuaku, doa sang
putri dengan mata berkaca-kaca. Namun tiba-tiba petir menyambar sesaat sang
putri mengucapkan doanya, doa sang putri didengar oleh tuhan.
Beberapa
saat kemudian, tubuh sang putrid mengalami perubahan yang sangat mengejutkan.
Kakinya yang putih mulus tiba-tiba mengeluarkan sisik. Sisik tersebut semakin
meramba ke atas. Dayang-dayangnya pun tersentak kaget saat melihat peritiwa
itu.ketika sisik itu menyampai dada, sang putrid segera memerintahkan seorang
dayang-dayang untuk member tahu ayah dan ibunya didalam istana. Sang raja dan
permainsuri segera menuju ke kolam permandian. Sesampainya di tempat itu,
mereka sudah tidak melihat tubuh sang putrid. Yang tampak hanya seekor ular
besar yang bergelung diatas batu yang biasa dipakai sang putrid untuk duduk.
|
interpertasi
|
Peristiwa
penjelmaan sang putri menjadi seokor ular adalah hukuman atas permintaannya,
ia putus asa karena telah membuat malu dan kecewa kedua orang tuanya.
|
Seperti
halnya kedua teks genre cerita tersebut yang dipaparkan diatas, teks eksemplum
pun memamnfaatkan konjungsi dan piranti pengikat struktur teks lainya agar
keseluruhan struktur teks menjadi padu. Masalah yang muncul serta memecahnya
tercantum dalam struktur yang sama yaitu pada struktur: masala/ krisis/insiden.
Hanya saja bedanya, apabila pada teks penceritaan ulang berakhir dengan
kejadian tampa ditampakan reaksi dari pelaku terhadap peristiwa yang dialaminya,
dan pada teks anekdot terdapat reaksi dari pelaku terhadap peritiwa yang
dialaminya tokohnya, maka pada teks eksemplum bukan reaksi individu pelaku
utama terhadap peristiwa tetapi reaksi yang berupa pesan moral dari kejadia
yang dialami tokoh utama.
Jenis-Jenis
Konjungsi dalam cerita ‘’PUTRI YANG MENJDI ULAR’’
1.
Konjungsi Intrakalimat
Konjungsi
intra kalimat atau antar klausa adalah kata yang menghubungkan klausa induk dan
klausa anak. Umumnya, kata penghubung antar klausa ini diletakkan di
tengah-tengah kalimat. Di dalam intra kalimat (antar klausa), terdapat dua
jenis kata penghubung atau konjugsi, yakni konjungsi koordinatif dan konjungsi
subordinatif, Berikut penjelasannya :
A.
Konjungsi koordinatif
adalah kata
penghubung yang menghubungkan dua klausa atau lebih yang mempunyai status
sederajat. Contoh konjungsi koordinatif yakni : dan, tetapi, atau, sedangkan,
melainkan, padahal, lalu, kemudian.
|
Dan,lalu,tetapi,kemudian,untuk
|
B.
Konjungsi subordinatif
Konjugsi Subordinatif adalah kata penghubung yang
menghubungkan dua klausa atau lebih dengan status yang tidak sama derajatnya,
diantaranya : ketika, sejak, biar, seperti, setelah, jika, andai, kalau,
supaya, bagai, ibarat, sehingga, karena.
1.
Hubunagn waktu
2.
Hubungan Syarat
3.
Hubunagan Pengandaian
4.
Hubungan Tujuan
5.
Hubungan Konsensif
6.
Hubungan Pemiripan
7.
Hubungan Penyebab
8.
Hubungan Penjelas
9.
Hubungan Cara
|
Setelah,jika,sehingga.ketika
Sebelum
,sehingga,ketika,setelah
Jika
-
Biar
-
Seperti,Tiba-tiba,terisak-isak,berkaca-kaca
Karena
Bahwa
Dengan
|
2.
KONJUNGSI
ANTAR KALIMAT
Konjungsi antar kalimat merupakan
kata penghubung yang menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang
lainnya. Konjungsi antar kalimat ini digunakan untuk menyatakan makna yang
berbeda-beda. Contoh konjungsi antar kalimat diantaranya : oleh karena itu,
namun, sebelum itu, akan tetapi, dengan demikian, kecuali itu, selain itu,
sesudah itu, sebaliknya.
a.
Biarpun
demikian, biarpun begitu, sekalipun demikian, sekalipun begitu, walaupun
demikian, walaupun begitu, meskipun demikian, meskipun begitu
Makna : untuk menyatakan kesediaan melakukan sesuatu yang
berbeda atau bertentangan dengan yang dinyatakan pada kalimat sebelumnya.
b.
Kemudian,
setelah itu, sesudah itu, selanjutnya
Makna : Menyatakan kelanjutan dari suatu peristiwa atau
keadaan yang diterangkan pada kalimat sebelumnya.
c.
Tambahan
pula, selain itu, lagi pula
Makna : Menyatakan adanya hal, peristiwa, atau keadaan
lain di luar dari yang telah dinyatakan sebelumnya.
d.
Sebaliknya
Makna : Mengacu pada kebalikan dari yang dinyatakan
sebelumnya.
e.
Sesungguhnya,
bahwasanya
Makna : Menyatakan keadaan yang sebenarnya.
f.
Malah, malahan, bahkan
Makna : Menguatkan keadaan yang dinyatakan sebelumnya
g.
Akan tetapi, tetapi, namun, kecuali itu
Makna : Menyatakan keadaan pertentangan dengan keadaan
sebelumnya
h.
Dengan
demikian
Makna : Menyatakan konsekuensi
i.
Oleh
karena itu, oleh sebab itu
Makna : Menyatakan akibat
j.
Sebelum
itu
Makna : Menyatakan kejadian yang mendahului hal yang
dinyatakan sebelumnya
|
Biarpun
demikian
Setelah
itu, beberapa saat kemudian
Sementara
itu
-
-
-
Tetapi
-
Oleh
sebab itu
Sebelum
Itu
|
0 comments:
Post a Comment